15 Okt 2010

Sahabat, Teman atau Biasa

Hanya ingin menuliskan sesuatu malam ini...
Bukan cerita cinta yang sedang jatuh hati atau patah hati... ini cerita tentang persahabatan.. persahabatan antar kami, pengajar muda.
Lampu itu masih menyala, padahal biasanya jam seperti ini kami sudah dipaksa untuk tidur.
Tapi pada kenyataannya sekarang kami berada pada garis lingkaran di dalam sebuah ruangan. Ya, kami membuat sebuah lingkaran manusia, berbaris berderet untuk menghampiri orang-orang dalam lingkaran satu persatu. Saya yakin benar moment ini jadi salah satu moment yang tak pernah akan dilupakan atau terlupakan oleh para pengajar muda di Indonesia Mengajar, Tanggal 14 oktober 2010.  Kami harus menyatakan “rasa” kepada setiap orang-orang yang ada di ruangan itu. Rasa yang saya maksud adalah rasa yang ada dalam hubungan pertemanan atau persahabatan. Awalnya berat ketika harus memilih mengacungkan jari telunjuk saja pertanda hanya menganggap sebagai orang biasa, atau mengacungkan jari telunjuk dan dan jari tengah kepada orang yang menghampiri kita pertanda kita menganggap sebagai teman atau bisa saja menaruh telapak tangan kanan kita di dada atas bagian kiri yang mencirikan kita menganggap sebagai sahabat. Kami akan saling memberikan tanda tersebut ketika saling berhadapan satu sama lain.
Hari itu akan jadi luar biasa dimana setiap orang semestinya bisa jujur pada dirinya sendiri akan memperlakukan sebagai apakah orang-orang yang ada dihadapan kita.
Mungkin akan terasa berat bagi sebagian orang karena hidup lebih dari 3 minggu  dalam satu atap yang 24 jam nya selalu berinteraksi dengan orang-orang tersebut kadang meninggalkan sedikit luka dihati orang lain. Walaupun belum pasti terjadi juga.
Masing-masing orang mulai bergerak mendekat, hingga tiba juga pada  pada satu titik ketika kita harus memilih, akankah membuka diri dan menjadikan orang lain sabagai sahabat kita sndiri?  meskipun kita baru saja mengenalnya atau bahkan pernah ada rasa tidak suka pada orang itu.
Karena ketika kita menjadikan orang lain sangat berharga bagi kita dengan menjadikannya sahabat maka bisa saja orang lain yang tadinya hanya menganggap kita sebagai teman akan mengubah kita menjadi sahabatnya, walaupun sebenarnya ada juga orang yang hanya ingin berteman saja. Tidak apa-apa.. Mungkin itulah esensi hidup. Penuh dengan pilihan dan konsekuensinya.
Bahagia dan sebuah prestasi rasanya karena hari itu saya bisa memulai persahabat terlebih dulu dengan orang yang ada dihadapan  saya dengan tidak pernah menurunkan sedetik pun tangan kanan di dada kiri. Seakan-akan hati kecil berteriak... “hai kau yang ada dihadapanku, maukah bersahabat denganku...”
Saya tidak akan peduli apa yang akan dilakukan oleh jari-jari tangan dan telapak tanganmu wahai orang yang ada dihadapanku, hanya ingin memulai sesuatu yang baik, bersahabat dengan mu, cukup itu saja..
Persahabatan itu ada, bisa diciptakan. Jika kita ingin punya sahabat maka berpikirlah positif dan jadikan orang lain sahabat kita, meskipun kita baru mengenalnya. Tak ada ruginya bukan.
Spesial untuk para  sahabat pengajar muda di program Indonesia Mengajar yang penuh inspirasi.

1 komentar:

  1. bener2 menginspirasi.....ternyata kita sendiri yang bisa menciptakan predikat seseorang itu hanya sebatas teman sahabat atau bahkan musuh....

    BalasHapus