23 Jul 2011

Patah Hati

Rasanya patah hati itu aneh yah?

tak bisa dijelasakan dengan kata apapun yang ada dalma kamus besar bahasa Indonesia.

Galau segalau-galaunya. Resah, Gundah gulana, abstrak dan tak menentu.

pernah saya mencintai seorang wanita. Anggun, sederhana dan menarik (ketika itu)

semua yang saya pikirkan tentang masa depan saya, selalu saya kaitkan dengan kedekatan dengannya. tentang pernikahan, tentang keluarga, pekerjaan dan segalanya.

Komitmen namanya kala itu, janji akan bersama, berusaha saling mengasihi saling menyayangi. sampai nanti.

“Aku sayang kamu, kamu sayang aku. mari kita coba jalani sama-sama” bunyi smsnya kala itu.

 

semua hancur, sirna berantakan, tak bersisa. hanya kenangan manis yang terlalu sayang untuk dikubur bersama semua kata-kata putus yang tak sempat diucapkan.

aku bisa menebak dari semua yang kamu tampilkan dalam sikapmu.

aku bisa menerka apa yang akan kamu ucapkan melalui mulutmu.

manis berubah menjadi pahit, dan yang pahit terasa semakin pahit untuk dirasa.

aku pikir ini hanya dugaan awal saja bahwa kamu memang gadis simple yang sukar kutaklukan.

namun semua berubah ketika kuamati kau dari kejauhan, memandangmu dari sudut yang berbeda.

ya itulah dirimu, kamu bukan yang terbaik untukku.

Gudbye

 

#edisipatahhati.

Baca Terus Gan >>

12 Jul 2011

hanya Sebuah curhat

beberapa hari ini original soundtrack hidup gw melow-melow terus,, huhuhu… Mungkin karena emang kebawa suasana kali yah..

Beberapa waktu belakangan ini, emang sepertinya perasaan gw agak bercampur aduk, berputar-putar terus. kadang seneng, bingung, kecewa, sedih, seneng lagi, kecewa lagi dan diakhiri dengan sebuah kegalauan yang teramat dalam.

agak lebay sepertinya yah..

hehehe.. but alhamdulillah selalu ada setitik semangat yang terselip untuk bisa menjalani kehidupan gue, minimal untuk bisa bertahan disini, melanjutkan pekerjaan yang tinggal 4 bulan ini berakhir.

 

Tentang Kegalauan

Bicara tentang kata “Galau”, ternyata kata itu terdaftar juga di Kamus Besar bahasa Indonesia, (iseng banget pake ngecek kamus segala…) di dalam kamus kegalaun diartikan sebagai kacau (tidak karuan). just for your information ajah.

banyak hal yang membuat hidup hw galau, tentang cinta, masa depan hidup, ataupun kerjaan yang kadang-kadang harus banyak dipikirin dulu sebelum gw bertindak.

kalo masalah cinta c, emang pasti sebagian orang akan galau kalo dalam posisi gw. setelah berhubungan dengan seorang perempuan dalam kurun waktu yang lumayan lama, putus-nyambung terus, akhirnya beberapa bulanan yang lalu kita terpaksa ga bisa ngelanjutin. Entah apa yang ada dipikiran gw waktu itu, tapi sepertinya itu yang terbaik. walaupun pada akhirnya hubungannya jadi super gak enak, kita berteman, sahabatan dan menjalin hubungan yang lebih serius, tapi berakhir dengan diem2an. semoga bisa lebih baik nantinya.

sebenernya beberap minggu lalu kondisinya berubah drastis, ketika ada penggantinya. Namun sama saja, perempuan itu gak sesimpel yang kita bayangkan yah. kadang kalo dipikirin banyak banget pertimbangan yang harus diambil. semakin galau pasti. Entah apa yang terjadi, mimpi yang baru saja disusun berberapa hari harus luluh berantakan lagi. Inilah sebernernya yang bikin kondisi Super Galau, tak berbentuk, aneh.

Yasudahlah, ngomongin cinta mah ga akan ada habisnya.

kegalauan nomor dua, tentang masa depan. dulu ketika gw harus berhenti dari kerjaan gw sebelum ini, mikirnya itu adalah sebuah kerugian, tapi ternyata setelah sekarang bisa menjadi bagian dari tempat kerja yang sekarang, gw malah merasa bersyukur. dan setelah dipikir-pikir perjalanan hidup gw ini tanpa rencana, tanpa pernah ditargetkan terlebih dahulu. Abstrak memang. tapi sepertinya untuk saat ini lebih asyik seperti itu, let it flow ajah. Kita tinggal ngelakuin yang terbaik dalam setiap kerjaan kita. Biarkan kegalauan terus melanda.

Baca Terus Gan >>

25 Mei 2011

Ketika Jatuh (dari) Cinta

kata sebuah lagu, Jatuh Cinta itu berjuta rasanya,

tapi berapa rasanya kalo jatuh dari cinta? jatuh dari cinta yang saya maksud disini adalah patah hati, sakit hati, cinta bertepuk sebelah tangan ataupun yang lainnya yang menyakitkan.

yah.. mungkin sama saja, tetap berjuta rasanya. tapi pastinya jutaan rasa itu berbeda dengan jutaan rasa kalo kita sedang jatuh cinta.  biasanya lebih banyak GALAU. dan ternyata kegalauan itu menular… jadi jangan terlalu dekat-dekat dengan orang yang sedang jatuh dari cinta.. bisa-bisa jadi ikutan galau.

Baca Terus Gan >>

25 Feb 2011

goBLOG lagi !!!

indexsudah lama rasanya blog ini tak pernah tersentuh oleh tulisan-tulisan sampah, keluh kesah atau cerita-cerita aneh tak sistematis dari bagian hidup saya. akhirnya pagi ini saya menemukan kembali semangat saya untuk menulis di blog ini. sebuah pagi memang istimewa bagi saya. selain waktu untuk memulai aktivitas di setiap pagi kadang tercipta berbagai inspirasi agar hidup saya lebih baik.

seperti kata sebuah pepatah, menulis memang bukan untuk dipahami, namun untuk memahami. sangat tidak puas bila banyak batasan dalam menulis, karena saya hanya ingin menulis. tidak terlalu penting orang harus membaca tulisan saya. tidak terlalu penting juga harus berbau inspiratif, inspiratif terlalu subjektif bukan?

beberapa minggu ini memang ada beberapa cerita yang belum saya tuliskan baik di blog nya Indonesia Mengajar, ataupun di blog ini. mulai dari beberapa kegiatan di sekolah yang menarik, olimpiade Sains Kuark, Pelatihan siswa SMA, Retraining Pengajar muda ataupun kegiatan-kegiatan lainnnya sebagai pengajar muda bersama 9 orang lainnya di tim kami.

semoga awalan tulisan ini bisa menyempurnakan cerita hidup saya dan mengabadikan setiap kepingan puzzle yang ada.

 

sebenernya selain karena kurangnya motivasi dalam menulis, jaringan internet yang susahnya setengah mati juga sedikit membuat saya malas untuk menulis dan menguploadnya.   hmmm…. tapi semoga hal itu tidak menjadi kendala lagi saat ini.

 

baiklah agar tidak terkesan ini adalah tulisan sampah yang gak penting, mari kita isi tulisan ini dengan review beberapa kegiatan yang terjadi satu minggu belakangan ini.

bisa dibilang minggu ini adalah minggu yang cukup padat bagi kami sebagai pengajar muda. olimpiade sains kuark dan persiapannya menyita banyak waktu kami. administrasi dan tetek bengek yang harus segera diselesaikan di antara jam mengajar atau hanya sekedar menyebar surat undangan ke sekolah-sekolah sebelum hari Sabtu tiba.

dan akhirnya hari sabtu tanggal 19 februari pun datang dengan persiapan seadanya. cukup berkesan sebagi event yang lumayan bagi besar di kecamatan kami. Olimpiade yang khusus bagi siswa SD ini mendapat hati bagi mereka yang mungkin jarang sekali mengikuti lomba-lomba semacam ini.

setelah hari sabtu terlewati maka giliran hari minggu yang datang menghampiri, minggu biasanya diisi dengan santai-santai di rumah dihiasi dengan jumlah jam tidur yang lebih banyak. Namun minggu ini tidak demikian, program pembelajaran masyarakat untuk siswa-siswi SMA menjadi agenda kami, bulan ini adalah outbond..

beberapa persiapan sudah dilakukan sebelumnya dan sisanya adalah kreativitas kami di lapangan.

hari senin sampai hari rabu, seharusnya menjadi hari-hari indah kami, karena kami akan ke Karang, Bandar Lampung untuk kegiatan re-training. namun apa daya kegiatannya sangat padat. waktu tersisa hanya bisa dihabiskan menikmati kamar hotel tanpa hotspot. hanya ditemani listrik yang bisa dinikmati 24 jam sehari, AC dan fasilitas kamar lainnya yang tidak pernah dirasakan di sini. cukup memberikan kesegaran baru..

ups, tapi akhirnya diujung waktu sebelum perjalanan pulang kami mendapatkan waktu untuk singgah sebentar di toko buku. membeli beberapa buku dan sekedar cuci mata akhirnya kami lakukan. setelah mendapatkan inspirasi untuk mendongeng dari ibu Wei Lin pada saat retraining, maka sasaran pertama kali di toko buku adalah buku-buku dengan gambar yang menarik untuk diceritakan.

sesampainya di rumah sepertinya energi saya sudah habis. butuh beberapa suplemen dan motivasi lebih untuk tetap melanjutkan hidup [lebaiii…], semoga hari-hari ke depan lebih berwarna dan saya pun tetap bersemangat untuk melewati setiap detiknya waktu yang berputar.

Baca Terus Gan >>

10 Jan 2011

TENTANG UPACARA

 

Hari senin, dan senin ini adalah pertama di semester genap sekaligus Minggu pertama di tahun yang baru. Semangat dan antusias terasa membuncah di dada ketika harus bertemu dengan muridku pagi ini. Tidak seperti biasanya, saya menjadi bangun dan mandi lebih pagi, mungkin karena semangat yang sudah menggebu. Berangkat lebih awal dengan harapan ingin menyapa mereka yang sudah datang, membunyikan bel dan menpersiapkan upacara kenaikan bendera.

Lain dari biasanya pula, malam tadi kampung kami diguyur hujan, setelah lebih dari satu Minggu ini tidak ada sebutir air pun yang turun dari langit membuat jalan tanah menjadi becek. Sepatu yang sengaja saya semir sadari tadi pagi menjadi sia-sia tertambah sedikit cipratan lumpur di bagian pinggir dan punggung sepatu. Tapi setidaknya hujan tadi malam membuat susana pagi ini manjadi lebih segar dan udara lebih sejuk.

Tepat pukul 07.30, lonceng saya pukul tiga kali tanda aktivitas pagi di hari senin akan dimulai, Upacara kenaikan bendera. Walaupun sebenernya baru tiga guru saja dan bapak kepala sekolah yang sudah datang, namun lonceng itu harus berbunyi tepat waktu pikir saya. Kali ini yang menjadi petugas upacara adalah siswa kelas 6. Siswa yang sudah lebih banyak pengalamannya dibandingkan kelas 5 ataupun kelas 4 yang kerap menjadi petugas pula.

Dulu, ketika pertama kali mengikuti upacara beberapa pemandangan lucu sekaligus miris terlihat dari segala hal yang berkaitan dengan upacara bendera. Dimulai dari beberapa siswa kelas 4 yang masih belum hafal lagu Indonesia raya. Atau pernah juga satu kali lagu tersebut yang mendapat tambahan lirik dari muridku sehingga menjadi lebih panjang, penyebabnya karena bendera agak lama menyentuh ujung atas tiangnya sehingga mereka berinisiatif menambahkan panjang lagunya, agar pas dengan sampainya bendera dengan ujung tiang atas mungkin. Namun seiring berjalannya waktu, mereka lebih pandai melaksanakan tugasnya.

Kembali pada upacara pagi ini. Sudah lebih dari 25 menit namun upacara belum juga kami mulai. Sebagian guru masih malu-malu untuk memasuki lapangan upacara, juga mungkin karena speaker dan aki yang biasanya kami gunakan belum datang. Apes saya pikir setelah ditunggu beberapa lama pun ternyata aki yang biasanya kami pakai ngadat dan mogok untuk digunakan. Alhasil kami harus upacara tanpa pengeras suara (lagi).

Seorang guru berinisiatif mengajak petugas upacara untuk langsung saja memulai upacara walaupun dengan kondisi tanpa speaker dan beberapa guru masih asik di luar lapangan. Saya sendiri berbaris bersama murid-murid yang sepertinya sudah siap untuk mulai upacara.

Dan Upacara pun dimulai dengan apa adanya.

Sejujurnya saat ini saya lebih menghargai maknanya upacara, lebih khidmat dan lebih merasa bahwa upacara itu penting dibandingkan dengan dulu ketika saya masih sekolah. Entah mengapa, saya tidak mengerti alasannya.

******

Belum terlihat ada satu orang pun guru yang berniat menjadi pembina upacara nampaknya, ditandai dengan masih kosongnya tempat yang biasanya para guru berdiri, termasuk saya. Mereka masih tersebar di beberapa penjuru lapangan, sebagian masih berada di depan ruang guru, dan saya masih berdiri di belakang anak kelas 6, saya belum menyiapkan bahan pembicaraan untuk Amanat Upacara. Namun feeling saya merasa tidak enak, karena sepertinya sayalah yang akan berdiri di tengah lapangan itu untuk kedua kalinya menjadi pembina upacara dengan tanpa persiapan. Walaupun sebenarnya saya sangat ingin berdiri di sana, memberikan kalimat-kalimat yang bisa memberikan motivasi untuk belajar lebih keras, atau sekedar untuk bisa memberikan nasihat-nasihat yang membuat mereka tetap senang untuk menuntut ilmu, namun tentunya dengan sedikit persiapan.

Tapi apa daya, suasana yang begitu sejak tak bisa membendung pemimpin upacara itu menghampiri saya dan menjemput saya untuk menjadi pembina upacara. Pasrah saja.

Senin-senin berikutnya saya harus selalu siap berdiri di depan mereka, memberikan kata-kata inspirasional yang bisa membangkitkan setiap aliran darah mereka untuk tetap belajar, karena setiap upacara adalah hari istimewa, hari yang menyenangkan, setidaknya saya mengajarkan kepada mereka bahwa nasionalisme masih ada, nasionalisme harus tetap ada meskipun di tempat yang amat jauh dari ibu kota, di SD Bangun Jaya. Dan saya pun tak pernah takut lagi untuk berdiri paling awal di tempat biasanya para guru berdiri meskipun yang lain belum ada, untuk mereka.

Baca Terus Gan >>

30 Des 2010

TENTANG LILIN DAN HIKMAT HARDONO

 
“Kalian nantinya akan menjadi lilin di tengah masyarakat, menjadi penerang bagi kegelapan disana”
Mungkin kurang lebih itulah istilah yang diungkapkan oleh salah seorang yang sampai saat ini saya kagumi, Hikmat Hardono, Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar. Saya mengagumi beliau karena orang yang satu ini selalu memiliki power dalam mengucapkan kata-katanya. Bahkan sampai saat ini kutipan diatas jika saya ucapkan secara verbal masih sangat kental dengan intonasi dan dialek khas beliau.
Setelah saya berada di lokasi tugas saya, saya berfikir. Pada dasarnya tidak terlalu salah juga apa yang beliau ucapkan. Disini gelap, apalagi bagi keluarga yang tidak memiliki genset, hanya mengandalkan lampu minyak tanah dan sinar bulan yang kehadirannya tidak bisa diharapkan. Kampung kami memang belum tersentuh PLN jadi wajar saja jika gelap. Genset keluarga kami pun hanya mampu menyalakan listrik 4,5 jam saja. Setidaknya itulah waktu kami berbahagia menikmati pasokan listrik yang ada. Walaupun sebenanya saya tahu bukan gelap ini yang dimaksud.
Namun untuk menjadi lilin di tengah kegelapan mereka, saya pikir kurang tepat. Lilin memang adalah sebuah benda yang bisa mengeluarkan cahaya dan membuat lingkungan sekitar menjadi sedikit lebih terang. “sedikit”, memang sedikit bukan?, siapa yang bisa memastikan jika cahaya lilin amat besar sehingga bisa menerangi masyarakat.
Sebagai seorang guru yang katanya pahlawan tanpa tanda jasa, kita tidak perlu menjadi lilin yang lama kelamaan akan habis. Lilin hanya menyakiti diri mereka sendiri, demi orang lain, demi pancaran cahaya mereka yang amat kecil. Lilin hanya akan hidup jika ada udara, terus apa yang terjadi jika tanpa udara. Mati.
Menjadi pengajar muda bukan menjadi sebuah lilin di masyarakat menurut saya. Karena seorang pengajar muda ada, bukan untuk menyakiti dirinya sendiri, bukan tergantung pada pihak lain, dan tidak boleh pula ada kata mati.
Menjadi pengajar muda harus tetap hidup dimanapun dan sampai kapanpun. Harus bisa melewati tantangan secara mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Itulah prinsip pengajar muda di masyarakat menurut saya.
Lalu saya harus menjadi apa? Menjadi genset kah, yang selalu dinanti setiap pukul 6 sore dan ditangisi setiap pukul setengah sebelas malam. bukan, Saya tidak ingin menjadi lilin ataupun genset, saya ingin menjadi matahari. Sinarnya lebih besar. Cahayanya tak ada yang mengalahkan, terik. Bisa dipastikan bahwa matahari kan ada setiap saat di posisi yang sama. Jika pagi datang maka matahari akan datang dari timur dan berujung di barat pada sore hari. Bila malam ia tidak tinggal diam, meskipun kita tak melihatnya, ia masih bisa mentransfer cahayanya pada bulan, atau jika beruntung kita bisa melihat ia memnaggil teman-teman bintangnya yang lain untuk menerangi masyarakat dari gelapnya malam. Bahkan ia pun akan memberik kita keindahan pada saat tertentu dengan sinarnya sehabis hujan lewat pelangi.
Itulah pengajar muda, dibutuhkan, selalu ada, bahkan jika kita kebingungan tak menumukannya, tak perlu berfikir untuk mencarinya karena kita sudah tahu dimana berada.
jangan hanya mau menjadi lilin. Bersikap lah seperti matahari, yang selalu bernyala, di sini, diurat darahku.
Terkadang tidak ada salahnya kita memimpikan menjadi sesuatu yang amat besar. Allah mencatat mimpi kita, percayalah jika pun kita belum menjadi matahari, mungkin orang lain yang menganggap kita sebagai matahari.
Untuk para pengajar muda yang saya anggap matahari, yang tersebar di galaksi-galaksi, iklaskan setiap cahaya yang terpancar dari diri kalian, yakinlah Allah Maha melihat dan mengetahui.
Baca Terus Gan >>

HASIL JEPRETAN KAMERA DIGITAL

Baca Terus Gan >>

28 Des 2010

TAK LEBIH BAIK ATAUPUN BURUK DARI SEKOLAH LASKAR PELANGI

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk bisa mengeksplor sekolah-sekolah yang ada di kecamatan kami. Bersama seorang guru dan dan salah seorang tetangga dari Ibu Guru Asti, kami berenam akhirnya memulai perjalanan. Bu Guru nila dibonceng oleh Bapak guru yang mengajar di sekolahnya, Pa Paino namanya. Bu guru Asti dengan tetangganya, sedangkan saya membonceng Pa Guru Riza.

Perjalanan dimulai, jalanan agak licin dan becek, hujan baru saja turun semalam. Jalanan seputaran kecamatan tak ada yang bisa dikatakan baik, semuanya akan sulit dilewati ketika sehabis hujan turun. Bbahkan untuk melewati jalan poros saja kami harus pelan mengendarai motor kami. Beberapa jalan poros ada yang sudah tidak bisa kami lewati, dan melewati ladang-ladang karet ataupun sawit adalah satu-satunya alternatif yang harus kami tempuh.

SD pertama yang kami datangi adalah SD Sumber Jaya 1. Tidak terlalu bagus kondisi bangunan sekolahnya. Tidak terlalu buruk juga memang. Hanya 3 ruangan yang sudah ter-renovasi dan sisanya masih bangunan lama, temboknya sudah usang, kayu-kayu pada pintu terlihat sudah bolong dimakan rayap. Saya melihat ada sembilan pintu ruangan, saya pikir tidak semuanya ruangan kelas, karena ukurannya ada hyang berbeda. Ruangan-ruangan terbagi menjadi tiga deret membentuk huruf U dan terdapat lapangan ditengahnya. Sayang ini liburan jadi kami tidak melihat bagaimana kondisi dan proses belajar mengajar dilakukan di sekolah ini.

Kami berkesempatan mengunjungi rumah bapak kepala sekolah yang bertugas untuk SD sumber Jaya 1 di rumahnya. Dari informasi yang didapat bahwa ada sembilan orag guru yang mengajar di sekolah tersebut. Sepertinya sudah sangat ngepas untuk bisa menjalankan aktivitas sehari-hari. Enam untuk guru kelas dan sisnya Guru Agama dan Guru Olahraga.

Sekolah kedua yang kami datangi adalah SD Sumber Jaya 2. Sekolah yang kami datangi ini agak spesial nampaknya. Ini ditandai dengan perjalanan menuju sekolah ini, medan jalannnya lumayan sulit, melewati kebun karet seperti biasanya memang namun tidak jarang kami harus berhenti dan memastikan jalan yang kami akan lewati cukup layak untuk digilas oleh ban motor. Di tengah perjalanan kami menemukan pula jembatan dari kayu yang kecil, untuk melewati ini, lebih aman kalo Bapak guru Riza harus turun terlebih dahulu.

Selang beberapa puluh menit kemudian kami sampai di perkampungan, beberapa ibu-ibu mulai terlihat dipingggir jalan sedang mengasuh anaknya. Tepat diujung jalan pertama kami menemukan sekolah yang kami tuju. SD Sumber Jaya 2, papan nama yang tertera di depan bangunan itu. Sebelah kiri lapangan nampak ada dua bapak sedang menyelesaikan pekerjaannya sebagai buruh bangunan. Sekolah ini sepertinya seang mendapatkan bantuan untuk membangun dua ruang kelas baru, mungkin pekerjaannya baru 80 % terselesaikan. Di sebelah tengah sudah berdiri 2 ruangan kelas beserta ruang guru. Sisanya sebelah kiri yang saya lihat adlah bangunan semi pemananen menggunakan kayu, agak kurang layak jika saya sebut ini kelas, hampir mau roboh sepertinya.

Ketika kami masuk menuju ruangan itu, saya langsung berfikir. Apa ada yang mau sekolah di tempat seperti ini? Apakah mereka masih mengunakan ruangan ini untuk belajar? Sepertinya iya karena baru dua kelas yang kami lihat dan sisa empat kelas lain, harus menggunakan ruang ini.

Bangunannya tidak lebih baik ataupun lebih buruk dari SD Muhammadiyah Gantong yang digambarkan Andrea Hirata di laskar Pelangi, karena sekolah yang kami lihat (belum) menggunakan penyangga kayu di sebelah sisinya untuk menahan agar tidak roboh. Namun beberapa kayu sudah lepas dari tempatnya sehingga nampak beberapa bolongan diantara penyekat antar ruangan.

Papan tulis hitam nampak menggantung di setip ruangan, saya tidak melihat ada kapur di sekitar papan tulis ini. Beberapa kursi berjejer kurang rapi ke arah belakang. Sudah agak berdebu, penyebabnya mungkin karena sedang liburan dan tidak digunakan. Tak ada jendela yang saya lihat, namun pencahayaan tetap masuk, dari celah-celah diantara kayu-kayu yang disusun horizontal memanjang dari kiri ke kanan.

Entah kenapa beberapa diantara kami malah senang menemukan sekolah ini. Agak sedikit miris terdengar, saya pikir ini hanya ada dalam reka-rekaan kami saja. Malah seharusnya kami merasa terenyuh, karena masih ada sekolah yang seperti ini. Memang bangunan fisik tidak selalu menentukan kualitas siswa yang bersekolah di SD ini. Tapi setidaknya itu akan menjadi faktor pendukung, jika lingkungan dan kondisinya nyaman untuk belajar maka semangat dan motivasinya pun akan bertambah saya pikir.

Dari informasi yang saya dapat, hanya ada 7 guru yang mengajar di tempat ini, sudah dengan Kepala sekolah. Dan anehnya rumah guru yang mengajar di sekolah ini bukan penduduk desa ini, bahkan kepala sekolahnya saja berasala dari kampung SP 3, harus melewati kampung saya tinggal ditambah jalan setapak di kebun karet yang saya lewati tadi untuk sampai di sekolah ini. Pasti akan lebih sulit dilewati lagi jika ada hujan.

Saya jadi berfikir untuk bisa mengajar di sekolah ini. Semoga satu sampai dua hari dari seminggu saya bisa mengajar di sini.

Tunggu cerita berikutnya tentang saya yang mengajar di sekolah ini.

Baca Terus Gan >>